Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan bahwa kabinetnya tidak akan bertemu untuk membahas gencatan senjata dengan Hamas sampai kelompok militan Palestina tersebut menurunkan tuntutan baru mereka. Pernyataan ini menunjukkan ketegangan yang terus meningkat di Timur Tengah, di mana pertempuran antara Israel dan Hamas telah berlangsung selama beberapa minggu terakhir.
Netanyahu menegaskan bahwa Israel tidak akan mengadakan pembicaraan dengan Hamas jika mereka terus menuntut hal-hal baru yang tidak dapat diterima oleh pihak Israel. Sebelumnya, Hamas telah mengajukan beberapa tuntutan, termasuk pembangunan bandara dan pelabuhan di Gaza, serta pembebasan tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.
Namun, Netanyahu menolak tuntutan-tuntutan tersebut dan menyatakan bahwa Israel tidak akan mengakui Hamas sebagai lawan negosiasi. Sebagai gantinya, Israel ingin melanjutkan perundingan dengan pemerintah Palestina yang sah, yang saat ini dipimpin oleh Presiden Mahmoud Abbas.
Meskipun demikian, upaya gencatan senjata terus dilakukan oleh pihak internasional, termasuk Mesir dan PBB, yang berusaha untuk mengakhiri pertempuran yang telah menewaskan ratusan orang dan merusak infrastruktur di Gaza. Namun, hingga saat ini, gencatan senjata belum berhasil dicapai karena ketegangan antara Israel dan Hamas yang masih tinggi.
Sementara itu, masyarakat internasional terus mengutuk serangan Israel terhadap warga sipil di Gaza, sementara Hamas juga dikecam atas penggunaan roket dan terowongan untuk menyerang Israel. PBB dan negara-negara lain telah menyerukan agar kedua belah pihak menghormati hukum internasional dan menghentikan kekerasan.
Dalam situasi yang semakin tegang ini, peran mediator internasional menjadi semakin penting untuk mencapai gencatan senjata yang berkelanjutan dan mengakhiri pertempuran yang merusak. Namun, untuk saat ini, kedua belah pihak masih terus bertahan dengan tuntutan dan pendiriannya masing-masing, menunda kemungkinan perdamaian di Timur Tengah.