Indonesia mengatakan bahwa sebuah serangan cyber telah mengompromi pusat data negara tersebut, namun tidak akan membayar tebusan sebesar $8 juta.
Pada hari Senin, Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia, Johnny G. Plate, mengumumkan bahwa pusat data nasional telah diserang oleh peretas yang mengenkripsi sebagian besar data yang disimpan di sana. Para peretas mengancam akan melepas enkripsi tersebut hanya jika Indonesia setuju untuk membayar tebusan sebesar $8 juta.
Meskipun serangan tersebut telah menyebabkan gangguan serius dalam operasi pemerintah dan layanan publik, Indonesia menegaskan bahwa mereka tidak akan membayar tebusan tersebut. Johnny G. Plate menegaskan bahwa pemerintah Indonesia tidak akan mendukung tindakan para peretas dengan membayar tebusan, dan akan berusaha untuk mendapatkan kembali akses ke data mereka tanpa harus membayar.
Serangan ini menunjukkan betapa rentannya infrastruktur digital suatu negara terhadap serangan cyber. Indonesia telah berjanji untuk memperkuat sistem keamanan mereka untuk mencegah serangan serupa di masa depan. Mereka juga telah bekerja sama dengan lembaga keamanan cyber internasional untuk membantu mereka mengidentifikasi dan menangani para peretas.
Pemerintah Indonesia juga mengimbau kepada masyarakat untuk waspada terhadap ancaman cyber dan selalu mengamankan data mereka dengan baik. Mereka juga mengingatkan bahwa membayar tebusan kepada para peretas tidak akan menjamin pemulihan data yang hilang, dan hanya akan mendorong para peretas untuk melakukan serangan yang lebih serius di masa depan.
Dengan keputusan untuk tidak membayar tebusan, Indonesia berharap bahwa mereka dapat mengatasi serangan cyber ini tanpa harus mengorbankan dana negara. Mereka juga berharap bahwa tindakan mereka ini dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain yang menghadapi serangan serupa, bahwa membayar tebusan bukanlah solusi yang tepat untuk mengatasi serangan cyber.